Minggu, 20 November 2016

WALL STREET BANKS MAY GAIN GREATER ACCESS IN CHINA (MS, GS)



WALL STREET BANKS MAY GAIN GREATER ACCESS IN CHINA (MS, GS)

Foreign investment banks currently have less than a 5% market share in China's $7.48 trillion market for trading and other securities businesses. But that may soon change, according to the Wall Street Journal, which reports that Beijing is considering allowing Wall Street firms to run their own investment-banking businesses on the mainland.

China's domestic investment-banking market has been hard to crack, primarily because authorities have been more favorable toward domestic firms. The Journal noted that a new U.S.-China trade and investment framework is the main driver of the discussions, which will see U.S.-based firms such as Morgan Stanley (MS) and Goldman Sachs (GS) soon operating investment-banking business in China on their own.

As it stands, existing U.S.-based firms with access to markets in Shanghai and Shenzhen and China’s domestic bond market are required to partner up with domestic brokerages in joint ventures.Although the joint-ventures structure is better than no access at all, it has said to hamper banks’ ability to control operations and move money for the purpose of strategic priorities.

For now, details of the U.S.-China trade and investment framework is still being sorted out. And once the terms of any access to China are outlined, the agreement would need to be ratified by the U.S. Senate, the Journal noted.

Plus, the details suggest that any deal China agrees to in terms of opening access to domestic investment banking will have to be extended to foreign banks in all geographies, not just those based in the U.S., which could stifle the level of growth U.S. banks can realize.

However, this would be a significant breakthrough, given that U.S. banks have seen their market share erode from rom 43% sixteen years ago to only 14% this year, according to Dealogic. The 5% market share in investment banking, meanwhile, pales in comparison to the 61% Chinese banks enjoy.

Rabu, 22 Juni 2016

PENGERTIAN KARTEL DAN BEBERAPA CONTOH YANG TERDAPAT KARTEL DIDALAMNYA


PENGERTIAN KARTEL DAN BEBERAPA CONTOH BERITA YANG TERDAPAT KARTEL DI DALAMNYA

Pengertian kartel dan jenisnya
Kartel adalah kerja sama antara beberapa badan usaha yang memproduksi dan memasarkan barang yang sejenis. Dalam kartel ini, masing-masing badan usaha masih mempunyai kebebasan dalam mengurus badan usahanya kecuali untuk hal-hal yang telah disepakati dalam kartel. Adapun maksud dan tujuan kartel adalah untuk mengurangi persaingan atau meniadakan persaingan.

Kartel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
1.      Kartel Harga
Dalam kartel harga disepakati harga minimum suatu barang yang boleh dijual, anggota kartel dilarang untuk menjual barang di bawah harga minimum yang telah disepakati.
2.      Kartel Syarat
Dalam kartel ini disepakati syarat-syarat yang seragam dalam hal penyerahan, pembayaran, dan pembungkusan barang.
3.      Kartel Rayon
Dalam kartel ini disepakati daerah penjualan setiap kartel. Tujuan penerapan daerah pemasaran ini agar tidak terjadi persaingan antar anggota rayon.
4.      Kartel Produksi
Dalam kartel ini disepakati jumlah maksimum barang yang boleh di produksi oleh setiap anggota. Tujuan pembatasan produksi ini agar tidak terjadi kelebihan produksi yang berakibat pada turunnya harga.
5.      Sindikat Penjualan
Dalam kartel ini disepakati bahwa aanggota kartel harus menyerahkan barang hasil produksinya untuk dijual dengan satu harga.
6.      Kartel Pool
Sering disebut juga Kartel Pembagian Keuntungan. Dalam kartel ini keuntungan yang diperoleh anggota kartel dikumpulkan (di-pool) dalam kas bersama, kemudian dibagi sesuai perjanjian yang telah disepakati.




Beberapa contoh yang di ambil dari beberapa berita yang memperlihatkan bahwa adanya kartal yang bermain untuk menaikkan harga daging yang tinggi


BERITA 1
KPPU Selidiki Indikasi Adanya Dartel di Sejumlah Pengusaha Daging



Merdeka.com – Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) menduga, ada praktik kartel yang terjadi di antara sejumlah pengusaha daging sapi. Hal ini dinilai menjadi penyebab lonjakan harga di pasaran selama tiga tahun terakhir.
"Ada indikasi soal perjanjian (kartel) antar pengusaha dalam menyuplai daging sapi setiap tahun pada Agustus," ujar Direktur Penindakan KPPU Goprera Panggabean saat ditemui di Polda Metro Jaya, Senin (24/8).
Goprera menduga, para produsen daging sapi itu seperti sengaja membuat perjanjian harga puncak di pasaran, setiap Agustus sejak tiga tahun terakhir. Sebab, KPPU mengaku telah melakukan pengawasan dan pengamatan harga daging sapi di pasaran, yang kerap mengalami kenaikan harga tiap bulan Agustus, sejak tahun 2013.
Goprera mencontohkan, harga daging sapi pada Februari 2014 yang mencapai Rp 98.975 per kilogram, turun menjadi Rp 98.477 per kilogram padaMaret 2014. Kemudian pada April 2014, harga menurun lagi menjadi Rp 97.928 per kilogram dan Mei kembali turun menjadi Rp 97.745 per Kg.
Namun, memasuki bulan Juni harga kembali meningkat menjadi Rp98.447 per kilogram, hingga melonjak pada bulan Juli menjadi Rp 100.879 per kilogram dan pada Agustus menjadi sekitar Rp 100.835 per Kilogram.
"Turun kembali menjadi Rp99.896 per kilogram pada September, hingga Desember 2014," ujar Goprera, dikutip dari Antara.
Goprera menyebut, kenaikan harga daging sapi pada Agustus 2015 merupakan puncak kenaikan tertinggi hingga menembus hargaRp 130.000 per kilogram. Terkait tren kenaikan harga daging sapi itu, Goprera mengaku pihaknya telah menyelidiki 35 importirsapi.
Dirinya pun mengungkapkan, pihaknya akan segera menyidangkan para pelaku usaha, yang diduga mempengaruhi harga daging sapi guna mengatur produksi dan pemasaran sehingga melanggar Pasal 11 Undang-Undang KPPU Nomor 5/1999.
Para pelaku usaha tersebut akan diancam dengan denda Rp 1 miliar hingga Rp 25 miliar, jika mereka terbukti melanggar undang-undang tersebut, hingga terjadi monopoli yang mengakibatkan bisnis tidak sehat.





BERITA 2

KPPU: Ada Perjanjian Antar Importir untuk Mengatur Harga Daging Sapi


Jakarta – Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) sudah mencium adanya kartel pelaku usaha daging sapi sejak lama. KPPU bahkan menemukan pelanggaran, adanya perjanjian antar importer untuk mengatur harga daging sapi kepasaran di Bulan Agustusini.
"Kasus ini sudah kita monitor sejak 2013 lalu. Kami sudah menyampaikan di rapat komisi oner tanggal 19 Agustus lalu, ini sudah memenuhi alat bukti untuk pemeriksaan. Dugaannya ini ada kartel," kata Direktur Penindakan KPPU Goprera Panggabean kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (24/8/2015).
Gopprera mengatakan, pihaknya tengah menyidik 35 importir tersebut. Minggu depan, pihaknya akan menyidangkan kasus ini. 
"Terkait pelanggaran Pasal 11 Undang-Undang KPPU No 5 tahun 1999 di mana pelaku usaha dilarang melakukan perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya dengan bermaksud untuk mempengaruhi harga guna mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monoipoli dan atau persaingan usaha tidak sehat," jelasnya.

Jika
terbukti melakukan pelanggaran tersebut, importer dapat dikenakan sanksi administrative berupa denda sebanyak Rp 1-25 miliar.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemda DKI Darjamuni mengatakan, dengan adanya join investigasi ini, pihaknya berharap agar harga daging sapi kembali normal.
"(Harga daging sapi) sampai hari ini masih berkisar Rp 120-130 ribu per kilo, kalau bisa di bawah Rp 100 ribu," kata Darjamuni. (mei/dra)



Sumber :
Rusdarti, dan Kusmuriyanto. 2008. EKONOMI Fenomena di Sekitar Kita. Solo: Platinum (PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)